Dalam ceramahnya, Zulfan Efendi menekankan dua pokok tema utama: sifat pelupa dan pentingnya taubat (kembali kepada Allah). Ia menjelaskan bahwa manusia secara fitrah mudah lupa—baik lupa akan kewajiban agama, lupa akan dosa yang telah dilakukan, maupun lupa akan nikmat Allah yang telah diberikan. Karena itu, ia mengajak para warga binaan untuk selalu membiasakan diri mengingat-ingat kebaikan Allah, menjauhi sikap acuh terhadap dosa, dan tidak terjerumus dalam alasan bahwa “saya sudah lupa” sebagai pembenaran.
Kemudian, ia membahas bahwa taubat bukan hanya sekadar ucapan “maafkan saya” atau “saya tidak akan mengulangi” saja, tetapi harus diikuti dengan pertobatan nyata: meninggalkan perbuatan dosa, memperbaiki diri, dan memperbanyak amal kebaikan sebagai bukti perubahan.
Dalam konteks warga binaan, ceramah tersebut menekankan bahwa masa di dalam lapas bisa dijadikan momentum untuk introspeksi, memperbaiki akhlak, dan mempersiapkan diri menjadi pribadi baru saat bebas nanti.
Kalapas Padangsidimpuan, Mathrios Zulhidayat Hutasoit menyampaikan bahwa kegiatan pengajian ini merupakan bagian dari program rutin pembinaan keagamaan yang dijalankan di Lapas sebagai bentuk rehabilitasi karakter selain aspek keamanan dan pelayanan. Mereka berharap bahwa melalui pengajian seperti ini, warga binaan dapat lebih mengenali diri, meningkat keimanan dan amalnya, serta menekan angka residivisme di masa mendatang.
Kegiatan ditutup dengan doa bersama dan penyampaian pesan agar seluruh warga binaan tidak hanya mendengarkan pengajian, tetapi juga menerapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam lapas dan setelah masa pembinaan usai.(JN/Humas)
