MEDAN
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly SH MSc PhD mengatakan, mahasiswa
harus berdiri di garda terdepan melawan berita-berita hoax, apalagi kalau
menyangkut SARA dan perpecahan bangsa.
Mahasiswa harus berdiri tegar melawan hoax itu, kata Yasonna pada kuliah umum
dengan topik “Penanganan hoax dalam rangka persatuan dan kesatuan bangsa”, di
kampus Universitas Katolik Santo Thomas Jalan Setia Budi Medan, Jumat (8/3).
Dengan moderator Dekan Fakultas Hukum Unika Prof Dr Maidin Gultom SH MHum.
Dikatakannya, isu hoax sangat relevan yang disebarkan melalui medsos dengan isu
pemutar balikan fakta dan penyebaran kabar bohong. Seolah-olah tidak berhenti
walaupun yang telah membuat berita hoax sudah pernah ditindak, tapi
kelihatannya sampai sekarang berita hoax tidak berhenti. Berita hoax itu
berkaitan dengan masalah politik dan sosial, karena ada yang bilang ,pihak yang
satu mau mengambil format di Brazil maupun di Amerika Serikat dengan kemenangan
Donald Trump yang mengembangkan berita-berita hoax.
Dikatakan Yasonna, kemajuan teknologi yang begitu cepat ada juga dampak
negatifnya, seperti penyebaran berita hoax. Penduduk kita ada 265 juta dan yang
menggunakan internet ada 132,7 juta dan yang menggunakan medsos aktif sekitar
130 juta dan pengguna ponsel 177 juta karena ada yang memiliki ponsel 3 per
orang.
Kalau semua berita bohong dilempar dan diyakini bisa jadi berbahaya, khususnya
bagi orang yang tidak punya akal sehat atau yang tidak cerdas, bisa percaya
dengan berita-berita hoax itu, kata Yasonna.
Dikatakannya, orang-orang yang tidak bertanggungjawab sengaja membuat berita
bohong dan bisa mempengaruhi opini. Kalau ditangkap maka dibuat jadi berita
hoax lagi. Karena itu mahasiswa diminta jangan cepat-cepat jari saudara menekan
ponsel, dari pada otak untuk bekerja. Cermati dulu setiap informasi yang masuk,
jangan langsung di share.
Seperti pernah ramai berita hoax disebutkan 7 kontainer kertas suara telah
tercoblos. Berita-berita hoax itu bisa memecah belah bangsa kita. Sekarang ini
seperti ada 2 belahan masyarakat, yang satu arahnya ke menjaga keutuhan bangsa
(Nasionalis) dan yang satu lagi agak ngeri-ngeri sedap. Dan ini sangat
berbahaya sekali, kata Yasonna.
Dari 2018 sampai 2019 berita hoax mengenai Pemilu ada 81 dan hoax tentang
politik ada 15. Berita-berita hoax ini ada kaitannya dengan Pileg dan Pilpres
yang akan kita adakan 17 April 2019.
Yang menyedihkan , adanya keberanian meyampaikan suatu informasi yang bertolak
belakang dengan fakta sebenarnya, seolah-olah peradaban kita telah luntur. Ini
sangat mengerikan. Bila bangsa peradabannya mundur maka bangsa itu mengalami
kemunduran. Maka mahasiswa kita harapkan dalam menyampaikan pandangannya
lakukan secara intelektual, berbudaya dan berbudi pekerti.
Pengguna dari pada medsos itu lebih banyak yang berpendidikan dibawah sarjana,
SMA dan SMP. Tidak sama dengan kita , dan itu yang mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa. Dalam berita hoax itu pemerintah di zolimi. Apa saja yang
dibuat salah.
Saat ini ada pihak untuk tujuan kekuasaan dengan cara-cara membuat kebohongan.
Bila nanti berkuasa ini berbahaya, akan jadi rangkaian kebohongan terus. Kalau
orang panik dan mau berkuasa bisa menghilangkan akal sehat. Berdoa pun salah,
yang menyatakan kalau kita kalah, siapa lagi menyembah Tuhan. Bahaya ini,
seolah-olah kita tidak menyembah Tuhan, kata Yasonna.
Turut memberi sambutan pada acara itu Rektor Unika diwakili WR I Prof Dr Posman
Sibuea MS dan Dekan FH Unika Prof Dr Maidin Gultom yang intinya menyampaikan
terima kasih pada Yasonna, Unika mendapat kehormatan atas kehadiran Menteri di
kampus Unika. Menteri Yasonna ini menjadi kebanggaan kita sebagai putra Sumut
dan dari Nias banyak harapan mahasiswa, semoga Nias menjadi Propinsi,katanya.
Pada acara tersebut Menteri Yasonna meresmikan Sentra Hak Kekayaan Intelektual
(Sentra Haki) dan juga dilakukan kerjasama Menkum HAM dengan Unika serta FH
Unika. (Dame)
Teks
foto : Menteri Hukum dan HAM Yasonna HLaoly SH MSc PhD memegang naskah
kerjasama dengan Dekan FH Unika Prof Dr Maidin Gultom.