HUT Kota Medan Ke-428 Tahun. Burhanudin Sitepu : "Infrastruktur dari hari ke hari ada lebih bagus"

MEDAN - BOS : Kota Medan genap berusia 428 tahun. Namun, di usia yang sudah mencapai ratusan tahun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus di koreksi oleh Walikota Medan, Dzulmi Eldin. Perbaikan yang harus diperhatikan seperti, jalan rusak yang ada di seluruh penjuru Kota Medan hingga dijuluki kota sejuta lobang, drainase yang tidak berfungsi dan tumpat di mana-mana, billboard sampai pembangunan Islamic Centre seperti yang sudah diikrarkan Dzulmi Eldin dalam janji politiknya saat berkampanye, tidak juga selesai.

Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Medan, Burhanuddin Sitepu, kinerja Dzulmi Eldin dalam mengatasi banjir di Kota Medan sudah lebih baik dibanding sebelumnya.

“Sungguh dari infrastruktur dari hari ke hari ada lebih bagus. Sebelumnya, khusus infrastruktur drainase, jika Medan sedikit saja bersanding dengan cuaca ekstrim, Medan langsung banjir. Namun belakangan ini, banjir tetap ada walaupun di titik-titik tertentu dan tidak berlangsung lama hingga delapan jam, enam jam. Saat ini, satu jam saja sudah surut. Penyakit banjir ini akan terus ada jika Pemerintah tidak mengevaluasi penyebabnya,” kata C di ruang kerjanya.

Dikatakannya lagi, jika kemarin hanya sebatas drainase sebagai sumber penyebab banjir, lanjutnya, sebenarnya yang lebih krusial adalah daya tampung Sungai Deli yang semakin dangkal.

Pendangkalan tersebut juga sebagai salah satu penyebab timbulnya banjir di Kota Medan saat hujan lebat tiba. Pada masa Rahudman menjabat Walikota Medan, pendangkalan ini tidak terjadi karena ia turun ke lapangan dengan membawa beko. Lalu mengorek sungai di titik-titik tertentu, kemudian membuangnya keluar.

“Ini sangat bermanfaat untuk mengatasi banjir dalam kondisi seperti sekarang ini. Ini merupakan upaya pencegahan untuk mengatasi banjir tersebut,” tegas politisi Partai Demokrat ini.

Pada kesempatan itu, Burhanuddin yang juga Ketua DPC Partai Demokrat ini menyampaikan koreksi baik secara pribadi maupun kelembagaan selaku Wakil Ketua DPRD Medan terkait Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sektor reklame hingga kini tidak tuntas.

“Aturan yang dibuat walikota melalui Perwal No.17 dan 19 tidak spesifik dilaksanakan di lapangan. Saya yakin, jika ini dilakukan sudah pasti akan menghasilkan PAD yang mungkin saja berlipat ganda dari sekarang,” ucapnya.

Namun, berdasarkan fakta pada tahun 2016 lalu, capaian target PAD dari sektor reklame itu jauh panggang dari api. Dari target sebesar Rp.87 miliar, hanya terealisasi Rp.17 miliar. Jika sudah tidak mencapai target PAD, sudah pasti akan menghambat pembangunan di Kota Medan.

“Pemenuhan target PAD itu adalah modal bagi pemerintah untuk membangun Kota Medan yang sudah disepakati dengan lembaga legeslasi. Jika anggaran tidak tercapai sudah pasti program pembangunan tidak terlaksana,” ujarnya.

Berikutnya, Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia sampai saat ini minim ikon bila dibanding kota lainnya. Kota Medan yang berpenduduk 2,8 juta jiwa dengan luas daerah 46 kilometer persegi sebenarnya luar biasa. Selain sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan merupakan kota lintas kabupaten/kota lainnya. Sayangnya, lokasi yang strategis ini tidak diimbangi dengan kreatifitas untuk meraup PAD. Kenapa tidak diciptakan daya tarik khusus sehingga mampu menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Medan. Selama ini, Medan hanya mengandalkan apa yang sudah ada seperti Istana Maimoon, Tjong A fie, Masjid Raya yang kurang dirawat. Tidak ada yang bisa diandalkan. Demikian juga kulinernya.

Sebelumnya, saat Dzulmi Eldin hendak meraih kursi walikota, ia berjanji akan membangun Islamic Centre di Medan Utara. Namun sampai saat ini tidak juga terbangun. Padahal, anggaran pengukuran, pematokan sudah dicairkan. Terakhir dapat laporan, kendalanya diperluasan tanah.

“Ini sudah tahun keempat, belum juga selesai. Di mana janji politik itu? Islamic Centre itu sangat dibutuhkan di Medan. Phakpak Barat saja yang merupakan daerah di ujung sudah memilikinya. Sementara Medan yang berada di tengah provinsi dan ibukota provinsi belum juga terbangun,” sebutnya.
Lebih baru Lebih lama